Selasa, 30 Juli 2013

Pengertian profesionalisme guru



Sebelum mengenai pembahasan profesionalisme guru terlebih dahulu akan diuraikan tentang pengertian profesionalisme itu sendiri, menurut beberapa ahli yaitu :
a.      Menurut Purwonosastro Amijoyo dan Robert K. Cunningham
Profesionalisme berasal dari kata Profesionalisme yang berarti ahli[1] atau berarti sifat professional atau disebut juga dengan sifat keahlian terhadap suatu bidang pekerjaan.
b.      Menurut J.S Badudu dan Sultan Muhammad Zain
Profesionalisme mempunyai arti memiliki keahlian dan ketrampilan karena pendidikan dan latihan[2].
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, menjelaskan bahwa profesionalisme itu berasal dari bahasa Inggris professional yang berarti suatu keahlian terhadap bidang pekerjaan yang sudah menjadi profesi atau mata pencaharian seseorang.
Sedangkan pengertian guru biasanya diartikan sebagai berikut :
Dari segi bahasa pendidik sebagai dijelaskan oleh W.J.S Poerwadarminta adalah orang yang mendidik, pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik[3]. Dalam Bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan pendidik, kata tersebut seperti teacher yang artinya guru atau pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar dirumah, selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu’allim dan muaddib. Kata ustadz jamaknya usatidz yang berarti teacher (guru), professor (jabatan akademik), jenjang dibidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair. Adapun kata mudarris berarti teacher (guru), instructor (pelatih), dan lecturer (dosen). Selanjutnya kata mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), trained (pemandu). Dan kata muaddib berarti educator (pendidik) atau teacher in Koranic School (guru dalam pendidikan Al-Qur’an).
Beberapa kata tersebut diatas secara keseluruhan terhimpun dalam kata pendidik, karena seluruh kata tersebut mengacu kepada seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain. Adanya kata-kata tersebut yang bervariasi menunjukkan adanya perbedaan ruang gerak dan lingkungan dimana pengetahuan dan keterampilan tersebut diberikan. Jika pengetahuan dan keterampilan tersebut diberikan di sekolahan disebut teacher, diperguruan tinggi disebut lecturer, atau professor, dirumah-rumah secara pribadi tutor, dipusat-pusat latihan disebut instructor atau trained dan di lembaga pendidikan yang mengajar agama disebut educator.
Dengan demikian kata pendidik secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.
Setelah diuraikan tentang pengertian profesionalisme dan pengertian guru, maka yang dimaksud profesionalisme guru adalah suatu sifat keahlian terhadap bidang atau mata pencaharian yaitu sebagai guru untuk metransfer ilmunya.
Tuntutan profesionalisme dalam berbagai bidang kehidupan dimasa yang akan datang sudah menjadi suatu keharusan. Demikian pula dalam pengajaran kitab kuning, tuntutan profesionalisme bagi guru, juga menjadi suatu kebutuhan yang harus direalisasikan, khususnya bagi guru pondok pesantren.
Oleh karena itu profesionalisme bagi seorang guru khususnya guru dalam pengajaran kitab kuning pada saat ini tidak mungkin ditawar-tawar lagi, karena maju mundurnya proses belajar mengajar itu sangat ditentukan kadar profesionalisme guru tenaga edukatif, karena kegiatan belajar mengajar penanganannya tidak mungkin dilakukan secara amatiran atau dengan cara sembarangan.
Pendidikan pondok pesantren dimasa mendatang, jelas membutuhkan pengelolaan secara professional pula. Karena pada masa ini adalah masa perkembangan yang sangat rawan. Untuk itu kepada para guru /ustadz di pondok pesantren di tuntut untuk meningkatkan profesionalismenya, karena tugas guru selain memberikan pelajaran juga bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak didik supaya dengan kesadarannya sendiri bersedia untuk menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari.



        [1] Purwono sastro Amijoyo dan Robert K. Cunningham, Kamus Inggris Indonesia, Semarang : CV. Widya Karya, 2009, h. 245
        [2] Badudu dan Sultan Muhammad Zain, Kamus Bahasa Indonesia, Semarang : CV. Widya
Karya, 2008, h. 180
        [3] Abuddin Nata, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta : Dirjen AI, 1996, h. 83

Rabu, 24 Juli 2013

Metode Pembinaan Akhlak



Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam  Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi  Muhammad SAW yang  utama adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.  Dalam salah satu hadistnya:
عَنْ  ماَ لِكٍ عَنْ اَبْى هُرَ يْرَةَ رَضِى الله  عَنهُ اَنَّ رَسُوْلُ  الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال بُعِثْتُ لِأُُ تَمِّمَ مَكَاِرمَ اْ لأَخْلاَقِ (رواه احمد)
Dari Malik dan Abu Huraira r.a bahwasannya: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Aku di utus tiada lain untuk  menyempurnakan akhlak yang baik (H.R. Ahmad).

Islam sangat menaruh perhatian penting terhadap pembinaan jiwa akhlak, perhatian Islam terhadap jiwa yang  harus  didahulukan dari pada  pembinaan fisik, karena dari jiwa  yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang selanjutnya menghasilkan kebajikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin.[1]
Perhatian Islam  dalam  pembinaan akhlak dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Pendidikan akhlak yang ditempuh Islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan  lainnya secara simultan untuk diarahkan pada  pembinaan akhlak.
a.         Metode Keteladan
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larang. Sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan tidak cukup hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan kerjakan itu.
Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang yang harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan  jika  disertai dengan pemberian  contoh keteladanan  yang baik dan nyata.[2]
Hal ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam surah al ahzab : 21.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al Ahzab:  21)

Pembinaan akhlak selanjutnya dapat di tempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya. Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia mengetahui kekurangan  dan cacat yang ada pada dirinya, dan membatasi sejauh  mungkin untuk tidak berbuat kesalahan,  sehingga kecacatannya itu  tidak terwujud dalam kenyataanya.[3]
b.         Metode Pembiasaan
Imam al Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Imam al Ghazali menganjuran agar akhlak diajarkan  yaitu cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.[4]
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya lahiriyah dapat pula di lakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi merasa dipaksa.
Pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang berbudi pekerti yang luhur. Dalam proses ini tersimpul  indikator  bahwa pembinaan akhlak  merupakan penuntun bagi  umat manusia untuk memiliki sikap mental dan kepribadian sebaik yang ditunjukkan oleh  Al-Qur’an dan hadist Nabi  Muhammad SAW, pembinaan, pendidikan dan penanaman  nilai-nilai akhlak al karimah sangat tepat untuk membentuk perkembangan mentalnya.

Baca Juga:
  1. Pengertian pendidikan akhlak
  2. Dasar dan tujuan pendidikan akhlak  
  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak
  4. Pendidikan akhlak antara kewajiban dan konsistensi 

[1] Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Terj) Moh  Rifai’I dari Judul Asli Khuluq al Muslim, (Semarang: Wicaksana,1993),Cet.IV, hlm. 13. 
[2] Abudin, Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:  Rajwali Press, 2001), hlm. 165.
[3] Ibn Sina, Ilmu Akhlak, (Mesir: Dar al ma’arif, t.t), hlm. 202-203.
[4] Imam al Ghazali, Kitab al arba’in fi ushul  al din,  (Kairo: Maktabah alhindi, t.t), hlm.190-191.

Senin, 22 Juli 2013

Tips dan trik komputer, Ms. Word, Windows 7, Facebook, blog, hacking, internet

Berikut ini beberapa kumpulan tips dan trik komputer, Ms. Word, Windows 7, Facebook, blog, hacking, internet dan lain-lain yang sobat bisa dapatkan dari blog ini. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat. Klik pada judul artikel untuk melihat selengkapnya. 

 

Tips dan Trik Komputer
  1. Cara memfoto/memotret layar desktop komputer
  2. Cara mengganti background pada folder 
  3. Cara menulis arab dengan praktis  
  4. Trik membuka aplikasi java di komputer
  5. Trik cara mengganti logo google dengan nama kesukaan sendiri  
  6. Cara menulis aksara Jawa di komputer  
  7. Cara menghapus file yang tidak bisa dihapus
  8. Cara memperbesar tampilan dekstop 
  9. Cara agar file komputer tidak bisa dicopy paste ke flashdisk
  10. Cara mengunci program dengan password
Tips dan Trik Ms. Office
  1. Cara agar dokumen Ms. Word tidak bisa di edit/di copy
  2. Cara memberi password pada file PDF
  3. Cara merubah file teks ke suara (MP3) 
Tips dan Trik Windows 7
  1. Cara mengganti font pada windows 7 
  2. Cara membuat tampilan folder menjadi berwarna-warni
  3. Cara mempercantik icon folder windows dengan folderico
  4. Cara menghilangkan This copy of windows is not genuine pada win 7
  5. Cara mengganti bacground logon screen windows 7
Tips dan Trik Facebook

Pendidikan akhlak antara kewajiban dan konsistensi



Mendidik seseorang dengan nilai-nilai akhlak adalah menjadikannya mempunyai akhlak terpuji dan menjauhkannya dari perilaku yang buruk, sehingga seorang individu dapat hidup dengan aman dan  tenteram. Ketika ia mempunyai akhlak terpuji dan jauh dari perilaku tercela, ia  akan mencintai semua hal  yang positif.
Allah berfirman  dalam surat  al-Kahfi: 30-31:

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berbuat baik,  kami tak menyia-nyiakan ganjaran orang yang mengerjakan  perbuatan baik.  Mereka ialah orang yang memperoleh taman yang kekal, yang didalamnya mengalir sungai-sungai, disana mereka akan  diperlengkapi dengan  gelang emas, dan  akan mengenakan  pakaian sutera halus berwarna hijau, dan kain sutera tebal dan yang  disulam dengan benang mas dan  mereka disana duduk  bersandar diatas sofa yang empuk.

Pendidikan akhlak dalam Islam bukan sekedar objek kajian  yang jauh dari realitas, akan tetapi akhlak Islam dapat diaplikasikan dan dapat ditiru oleh setiap manusia. Sehingga jika setiap individu konsisten dengannya maka tercipta ketentraman.
Akhlak dalam Islam adalah berupa kewajiban dan komitmen, disamping itu pelaksanaan akhlak merupakan tanggung jawab dan  pelakunya akan mendapat pahala dari Allah.
a.    Antara Kewajiban dan  Komitmen
Al-ilzam adalah dari kata benda dari alzama mempunyai arti aujabahumewajibkan”, dalam al quran kata ilzaam dipakai untuk dua jenis makna. Pertama,  kewajiban yang ditetapkan Allah terhadap manusia. Kedua, kewajiban suatu keputusan atau perintah.
Adanya kewajiban merupakan dasar yang penting dalam terlaksananya  nilai-nilai akhlak dalam Islam, karena seseorang tidak akan menunaikan nilai-nilai akhlak Islam tanpa adanya kewajiban. Dengan adanya kewajiban maka seseorang terdorong untuk  menjalankan akhlak mulia dan perilaku yang terpuji.
Adapun sumber kewajiban untuk menunaikan akhlak mulia  menurut Islam adalah  wahyu yang diturunakn oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW berupa al-Qur’an dan as-sunnah.
Wahyu ini mencakup semua nilai dan sistem akhlak secara sempurna, yang dapat mempertahankan derajat manusia dan menjamin mereka memperoleh ridha Allah.
Syariat islam menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan orang-orang yang di pimpinnya. Dengan demikian, seorang wajib mengarahkan dirinya untuk melaksanakan hal-hal yang diperintahkan oleh syariat Islam.
b.    Iltizaam konsistensi 
Berasal dari kata iltazama, yang maknanya adalah mewajibkan atas dirinya sendiri atau berjanji untuk menetapi sesuatu.[2]
Iltizaam dalam korelasinya dengan pembinaan akhlak adalah konsisten seseorang terhadap hal-hal yang  telah ditetapkan oleh sumber-sumber kewajiban. Hendaknya pula seorang muslim menyadari bahwa konsistensinya dalam menunaikan akhlak mulia adalah semata-mata karena keimanannya kepada Allah dan karena ketaatanya perintah Rasul-nya.
Dalam Islam, untuk mengetahui nilai-nilai akhlak mulia dan perilaku-perilaku tercela tidak tergantung pada akal,  kebiasan, ataupun manfaat. Islam dengan ajarannya  yang sempurna, telah menjelaskan nilai-nilai akhlak mulia dan perilaku yang tercela secara jelas, sehingga seseorang tidak lagi merasa kebingungan dan ragu.
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan sanadnya dari  Hasan al-Bashri bahwa Rasulullah SAW bersabda:
دَعْ مَا يََرِ يْبُكَ اِلَى مَا يَرِ  يْبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَ الْكَذِبَ رِيْبَةٌ
”Tinggalkanlah apa yang membuatmu ragu dan  lakukan apa yang tidak membuatmu ragu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan hati, sedangkan kebohongan adalah keragu-raguan.”

Hadist lain yang diriwayatkan  oleh Imam Muslim dengan  sanadnya dari Nuwas bin Sam’an r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :
اَ لْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْ لإِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِ كَ وَ كَرِهْتَ اَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ.

”Kebaikan adalah  akhlak mulia sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan hatimu dan kamu tidak suka bila orang lain mengetahuinya.”

Jadi jelaslah apa yang tertera dalam Nash hadist Rasul SAW bahwa adanya kewajiban dan konsistensi tidak berarti apa-apa jika tidak di barengi dengan pelaksanaan, nilai akhlak mulia tidak ada artinya selama tidak dipraktekkan  secara nyata,  sehingga akhlak mulia menjadi sebuha amalan sehari-hari dan menjadi kepribadian seorang muslim.
 
Baca juga artikel yang lain:
  1. Pengertian pendidikan akhlak
  2. Dasar dan tujuan pendidikan akhlak  
  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak

[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahan…, hlm. 433.  
[2] Ali Abdul Halim Mahmud, at tarbiyah al khuldiyah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 142.