A. Pendahuluan
Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat di ulang kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan belajar.[1]
Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya : factor lingkungan, hereditas, pembawaan dan bakat.
Soal pembawaan ini adalah soal yang tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusahan mencari jawaban atas pertanyaan : perkembangan manusia itu tergantung kepada pembawaan ataukah kepada lingkungan? Atau dengan kata lain dalam perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa factor-faktor yang menentukan itu, kadang-kadang yang dibawa dari keturunan (pembawaan) ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan ?
B. Pembahasan
1. Pembawaan dan Lingkungan
Sekarang tibalah saatnya kita membicarakan suatu soal yang sangat penting dalam psikologi dan sangat erat hubungannya dengan ilmu mendidik, yaitu soal pembawaan dan lingkungan. Bila kita perhatikan kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita maka akan tampak adanya kesamaan kejadian satu dengan kejadian lainnya, tetapi ada pula perbedaan kejadian satu dengan kejadian lainnya. Sama halnya manusia, manusia satu dengan manusia lainnya meskipun memiliki beberapa kesamaan (contoh, kesamaan bawaan atau lingkungan) tetapi masih saja terdapat perbedaan yang ditimbulkan.
Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, yaitu faktor dari dalam (faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri, faktor hereditas: bawaan/warisan) dan faktor luar (faktor lingkungan). Dengan faktor bawaan tertentu dan disertai dengan faktor lingkungan yang tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula.[2]
Masing-masing individu lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti bahwa, karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan atau pemindahan dari cairan-cairan “germinal’ dari pihak orang tuanya. Di samping itu individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan social. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan.[3]
Dalam perkembangannya para ahli telah banyak mencari tentang hal ini, dan ada beberapa pendapat tentang hal ini yaitu :
- Aliran nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut nativisme pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, maka percumalah kita mendidik, atau dengan kata lain : pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan ini di sebut pesimisme paedagogis.
Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan anak domba. Jadi, pembawaan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anak-anaknya.
Ambillah contoh sepasang suami-istri yang memiliki keistimewaan di bidang politik, tentu anaknya menjadi politikus pula. namun, apabila lingkungan, khususnya lingkungan pendidikannya tidak mendukung, misalnya karena ia memasuki sekolah pertanian, sudah tentu ia tak akan pernah menjadi politisi, tetapi menjadi petani [4]
- Aliran empirisme
Aliran ini mempunyai pendapat yang berlawanan dengan kaum nativisme. Mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja ( kea rah yang baik maupun kea rah yang buruk ) menurut kehendak lingkungan atau pendidik – pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme paedagogis.
- Hokum konvergensi
hukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa jerman bernama William stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia. Perkembangan manusia bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia tidak hanya diperkembangkan tetapi ia memperkembangkan dirinya sendiri.
Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu mengenai dirinya sendiri dengan bebas. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan : jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun – temurun yang oleh aktivitas dan pemilihan atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas dibawah pengaruh lingkungan yang tertentu berkembang menjadi sifat-sifat.[5]
2. Pembawaan dan keturunan
a) Keturunan
Setelah para ahli telah menguraikan tentang pembawaan, maka sekarang timbullah pertanyaan, apakah keturunan itu ?
Kita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau cirri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau cirri-ciri tersebut diwariskan atau di turunkan melalui sel-sel kelamin dan generasi yang lain. Jadi sebelum kita memutuskan suatu sifat atau cirri-ciri yang terdapat pada seseorang itu keturunan atau bukan, lebih dahulu kita harus ingat dua syarat :
a. Persamaan sifat atau cirri-ciri
b. Cirri-ciri ini harus menurun melalui sel-sel kelamin.
Dengan demikian kita harus berhati-hati benar memutuskan sesuatu itu benar-benar keturunan atau bukan. Meskipun kita melihat sifat atau cirri-ciri yang sama antara orang tua dan anaknya, tapi belum tentu sifat-sifat atau cirri-ciri itu merupakan keturunan. Sebagai contoh : seorang bapak malas dan anaknya juga malas, ini bukan berarti kemalasan anak itu adalah keturunan. Bisa jadi, kemalasan pada anak itu disebabkan karena dengan tiada sadar, anak itu meniru dari orang tuanya. Jadi ini bukan factor keturunan, melainkan factor lingkungan.
Banyak orang yang dapat mengetahui bahwa sifat ataupun cirri-ciri jasmaniah yang tertentu banyak yang diperoleh karena keturunan.seperti seorang anak yang berambut pirang, bermata lebar atau sipit, berbadan tinggi atau pendek, periang lincah ataupun pendiam.di samping itu kita mengetahui bahwa lebih sukar lagi jika kita menentukan keturunan mengenai sifat-sifat kejiwaan. Karena sifat-sifat kejiwaan itu lebih pelik daripada sifat-sifat kejasmaniahan, dan lebih mudah ataupun terpengaruh oleh keadaan-keadaan lingkungan selama perkembangannya.
b) Pembawaan
Pembawaan adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan – kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan yang selama perkembangannya benar-benar dapat di wujudkan. Demikianlah kita dapat mengatakan bahwa anak atau manusia itu sejak di lahirkan telah mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan potensi untuk berkata-kata dan lain-lain. Potensi –potensi yang ada pada anak itu tentu saja tidak dapat di wujudkan begitu saja. Akan tetapi butuh latihan – latihan dalam masa perkembangannya agar tiap – tiap potensi mempunyai kematangannya masing – masing.
Pembawaan atau bakat, terkandung dalam sel-benih ( kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang di tentukan oleh keturunan, itulah hubungan antara pembawaan dengan keturunan, dan dalam arti terbatas kita menamakannya dengan pembawaan ( aanleg).
3. Beberapa macam pembawaan dan pengaruh keturunan
Perlu pula kiranya disini kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan sebagai berikut:
1. Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa di waktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukan cirri-cirri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2. Pembawaan ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras. Seperti ras Indo Jerman, ras Mongolia, ras Negro dan lain-lain. Masing-msing ras itu dapat terlihat perbedaannya satu sama lain.
3. Pembawaan jenis kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing :
Pembawaan perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan tersebut di atas, tiap-tiap orang sendiri-sendiri ( individu ) memiliki pembawaan yang bersifat individual ( pembawaan perseorangan) yang tipikal. Tiap-tiap individu meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya masing-masing mempunyai pembawaan watak , intelegensi, sifat-sifat dan sebagainya yang berbeda-beda. Jadi tiap-tiap orang mempunyai pembawaan perseorangan yang berlain-lainan.
Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya lebih di tentukan oleh pembawaan keturunan antara lain :
1. Konstitusi tubuh
2. Cara bekerja alat-alat indera
3. Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar
4. Tipe-tipe perhatian, intelegensi Qosien ( IQ), serta tipe-tipe intelegensi.
5. Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang khas.
6. Tempo dan ritme perkembangan[6]
4. LINGKUNGAN ( ENVIRONMENT )
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
a. Keluarga
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
b. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
Anak yang memasuki sekolah guru berbeda kepribadiannya dengan anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.
d. Keadaan Alam sekitar
Kedaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.
a. Macam –macam lingkungan
Sartain seorang ahli psikolog di amerika mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan ( environment ) ialah meliputi semua kondisi – kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan, atau life processes kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan ( to provide environment) bagi gen yang lain.
Menurut devinisi yang luas ini ternyata bahwa di dalam lingkungan kita, di sekitar kita tidak hanya terdapat sejumlah besar factor-faktor lain yang banyak sekali. Yang secara potensial sanggup/ dapat mempengaruhi kita. Akan tetapi lingkungan kita yang actual ( yang sebenarnya ) hanyalah factor – factor dalam dunia sekeliling kita. Yang benar-benar mempengaruhi kita.
Menurut sartain lingkungan itu dapat di bagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut :
1. lingkungan alam/luar ( external or physical environment )
2. lingkungan dalam ( internal environment )
3. lingkungan social/ masyarakat ( social environment ). [7]
Yang dimaksud dengan lingkungan alam/luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti : rumah, tumbuh-tumbuhan,air,iklim, hewan, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar, atau alam. Akan tetapi makanan yang sudah di dalam perut kita, kita katakan berada antara eksternal dan internal environment kita. Karena makanan yang sudah dalam perut itu sudah atau sedang dalam pencernaan dan peresapan ke dalam pembuluh-pembuluh darah. Makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh darah atau di dalam cairan limfa, mereka mempengaruhi tiap-tiap sel di dalam tubuh, dan benar-benar termasuk ke dalam internal environment. Jadi, sesungguhnya sangat sukar bagi kita untuk menarik batas yang tegas antara “diri kita sendiri “ dengan “lingkungan kita “.
Yang dimaksud dengan lingkungan social ialah semua orang atau manusia lain, yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan social itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari denga orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah, sepekerjaan dan sebagainya. Yang tidak langsung, melalui radio dan televise, dengan membaca buku, majalah,surat kabar dan sebagainya dan dengan berbagai cara yang lain.
Demikian lah jika kita hubungkan kembali antara pembawaan/keturunan ( heredity ) dan lingkungan dalam hal pengaruhnya terhadap perkembangan manusia, dapatlah kita katakana sebagai berikut : sifat-sifat dan watak kita adalah hasil interaksi antara pembawaan ( heredity ) dan lingkungan kita. Dalam hal ini pengertian kita harus kita tekankan pada kata interaksi. Antara keduanya hereditas dan lingkungan itulah yang menentukan bagaimana hasil/ keadaan / perkembangan aspek-aspek tertentu daripada manusia.
5. Bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan ?
Allport merumuskan kepribadian manusia itu sebagai berikut : “ kepribadian adalah organisasi dinamis dari pada system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik ( khas ) dalam menyelesaikan dirinya dengan lingkungan”. [8]
Dari definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakan hubungannya dengan lingkungannya. Kepribadian itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan system psikofisiknya, termasuk pembawaan, bakat, kecakapan, dan cirri-ciri kegiatannya, menyatakan diri dengan khas dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Menurut woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam :
- Individu bertentangan dengan lingkungannya,
- Individu menggunakan lingkungannya
- Individu berpartisipasi dengan lingkungannya
- Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.[9]
Sebenarnya keempat macam cara hubungan individu dengan lingkungannya itu dapat kita rangkumkan menjadi satu saja, yakni bahwa individu itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri” ( dalam arti luas ) dengan lingkungannnya.
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti :
1) Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan ( penyesuaian autoplastis )
2) Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan ( keinginan ) diri ( penyesuaian diri autoplastis).[10]
6. Pengaruh hereditas terhadap sifat manusia
Komodita dkk menyimpulkan secara umum mengenai efek hereditas dan lingkungan terhadap sifat manusia, termasuk intelegensi, sebagai berikut :
- Hereditas menetapkan batas perkembangan yang dapat dilakukan oleh lingkungan. Bagaimanapun juga besarnya dampak stimulus lingkungan yang diterima oleh organisme namun perkembangan organisme yang bersangkutan tidak dapat melampaui batas yang telah ditetapkan oleh factor keturunan. Sebagai contoh, bagaimanapun usaha mendidik seekor monyet, ia tidak akan pernah dapat menyamai manusia.
- Lingkungan dapat memodifikasi efek hereditas. Suatu lingkungan yang buruk dapat saja mengubah warisan sifat seseorang yang baik semata-mata karena ia berada dalam asuhan lingkungan tersebut.
- Tidak ada satupun karakteristik atau perilaku yang tidak ditentukan bersama oleh factor lingkungan dan factor keturunan. Lingkungan dan keturunan berinteraksi dalam mempengaruhi perilaku. Dengan kata lain, hereditas menentukan apa yang dapat dilakukan oleh individu sedangkan lingkungan menentukan apa yang akan dilakukan oleh individu.
- Factor lingkungan tampak kurang berperan dalam membentuk karakteristik fisik. Tapi cenderung lebih berperan dalam membentuk karakteristik dan kepribadian.
C. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwasannya Pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dalam (hereditas) dan faktor luar (lingkungan). Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Meliputi, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, sifat-sifat, bakat, intelegensi dan penyakit. Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri anak yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi anak tersebut dengan lingkungan. Meliputi: Lingkungan (dapat berupa pendidikan dan pengalaman yang diberikan).Keduanya memiliki keterkaitan yang kuat, setiap hereditas beroperasi dengan cara berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan. Pembawaan tidak akan berarti apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan yang kondusif terhadap bawaaan itu sendiri.
Daftar Pustaka
Purwanto, Drs. M. Ngalim.1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Mar’at,Dr. Samsunuwiyati. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Azwar, Drs. Syaifuddin. 2000. Psikologi Intelegensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Haditono, Siti Rahayu. 1982. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sardjoe, Drs. Psikologi Umum. Pasuruan Jatim : PT. Gaoeda Buana Indah
Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : FAK. Psikologi UGM
[1] Siti Rahayu Haditono. Psikologi Perkembangan.Gajah Mada Universitty Press. Hal.5
[2] HJ. Samsunuwati Mar’at. 2005.Psikologi Perkembangan.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.hal.4
[3] http://yherpansi.wordpress.com/2009/11/06/hereditas
[5] Drs. M. Ngalim Purwanto.1990.Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.Bandung. hal.14
[6] Drs. M. Ngalim Purwanto.1990.Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.Bandung. hal.18
[7] Drs. Sardjoe. Psikologi Umum. PT. Gaodea Buana Indah. Pasuruan. Jatim. Hal.89
[8] Bimo walgito. Pengantar Psikologi Umum. Fak. Psikologi UGM : Yogyakarta.1980. hal.56
[9] Drs. Sardjoe. Psikologi Umum. PT. GaoedaBuana Indah. Pasuruan.Jatim.Hal.93
[10] Drs. M. Ngalim Purwanto.1990.Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.Bandung. hal.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar