Rabu, 24 Juli 2013

Metode Pembinaan Akhlak



Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam  Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi  Muhammad SAW yang  utama adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.  Dalam salah satu hadistnya:
عَنْ  ماَ لِكٍ عَنْ اَبْى هُرَ يْرَةَ رَضِى الله  عَنهُ اَنَّ رَسُوْلُ  الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال بُعِثْتُ لِأُُ تَمِّمَ مَكَاِرمَ اْ لأَخْلاَقِ (رواه احمد)
Dari Malik dan Abu Huraira r.a bahwasannya: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Aku di utus tiada lain untuk  menyempurnakan akhlak yang baik (H.R. Ahmad).

Islam sangat menaruh perhatian penting terhadap pembinaan jiwa akhlak, perhatian Islam terhadap jiwa yang  harus  didahulukan dari pada  pembinaan fisik, karena dari jiwa  yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang selanjutnya menghasilkan kebajikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin.[1]
Perhatian Islam  dalam  pembinaan akhlak dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Pendidikan akhlak yang ditempuh Islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan  lainnya secara simultan untuk diarahkan pada  pembinaan akhlak.
a.         Metode Keteladan
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larang. Sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan tidak cukup hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan kerjakan itu.
Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang yang harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan  jika  disertai dengan pemberian  contoh keteladanan  yang baik dan nyata.[2]
Hal ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam surah al ahzab : 21.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al Ahzab:  21)

Pembinaan akhlak selanjutnya dapat di tempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya. Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia mengetahui kekurangan  dan cacat yang ada pada dirinya, dan membatasi sejauh  mungkin untuk tidak berbuat kesalahan,  sehingga kecacatannya itu  tidak terwujud dalam kenyataanya.[3]
b.         Metode Pembiasaan
Imam al Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Imam al Ghazali menganjuran agar akhlak diajarkan  yaitu cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.[4]
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya lahiriyah dapat pula di lakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi merasa dipaksa.
Pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang berbudi pekerti yang luhur. Dalam proses ini tersimpul  indikator  bahwa pembinaan akhlak  merupakan penuntun bagi  umat manusia untuk memiliki sikap mental dan kepribadian sebaik yang ditunjukkan oleh  Al-Qur’an dan hadist Nabi  Muhammad SAW, pembinaan, pendidikan dan penanaman  nilai-nilai akhlak al karimah sangat tepat untuk membentuk perkembangan mentalnya.

Baca Juga:
  1. Pengertian pendidikan akhlak
  2. Dasar dan tujuan pendidikan akhlak  
  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak
  4. Pendidikan akhlak antara kewajiban dan konsistensi 

[1] Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Terj) Moh  Rifai’I dari Judul Asli Khuluq al Muslim, (Semarang: Wicaksana,1993),Cet.IV, hlm. 13. 
[2] Abudin, Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:  Rajwali Press, 2001), hlm. 165.
[3] Ibn Sina, Ilmu Akhlak, (Mesir: Dar al ma’arif, t.t), hlm. 202-203.
[4] Imam al Ghazali, Kitab al arba’in fi ushul  al din,  (Kairo: Maktabah alhindi, t.t), hlm.190-191.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar