Pembinaan
akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam  Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu
misi kerasulan Nabi  Muhammad SAW
yang  utama adalah menyempurnakan akhlak
yang mulia.  Dalam salah satu hadistnya:
عَنْ  ماَ لِكٍ عَنْ
اَبْى هُرَ يْرَةَ رَضِى الله  عَنهُ اَنَّ
رَسُوْلُ  الله صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قال بُعِثْتُ لِأُُ تَمِّمَ مَكَاِرمَ اْ لأَخْلاَقِ (رواه احمد)
Dari Malik dan Abu Huraira r.a bahwasannya: sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda: Aku di utus tiada lain untuk 
menyempurnakan akhlak yang baik (H.R. Ahmad).
Islam
sangat menaruh perhatian penting terhadap pembinaan jiwa akhlak, perhatian
Islam terhadap jiwa yang  harus  didahulukan dari pada  pembinaan fisik, karena dari jiwa  yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang
baik yang selanjutnya menghasilkan kebajikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan
manusia lahir dan batin.[1]
Perhatian
Islam  dalam  pembinaan akhlak dapat dianalisis pada muatan
akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Pendidikan akhlak yang
ditempuh Islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu
sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan  lainnya secara simultan untuk diarahkan
pada  pembinaan akhlak.
a.        
Metode Keteladan 
Akhlak yang
baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larang. Sebab
tabiat jiwa untuk menerima keutamaan tidak cukup hanya seorang guru mengatakan
kerjakan ini dan kerjakan itu.
Menanamkan
sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang yang harus ada pendekatan yang
lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan  jika 
disertai dengan pemberian  contoh
keteladanan  yang baik dan nyata.[2]
Hal ini
telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam
surah al ahzab : 21.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al Ahzab:  21)
Pembinaan akhlak selanjutnya dapat di
tempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak
kekurangannya dari pada kelebihannya. Ibnu Sina mengatakan jika seseorang
menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia mengetahui kekurangan  dan cacat yang ada pada dirinya, dan
membatasi sejauh  mungkin untuk tidak
berbuat kesalahan,  sehingga kecacatannya
itu  tidak terwujud dalam kenyataanya.[3]
b.        
Metode Pembiasaan
Imam al Ghazali mengatakan bahwa
kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha
pembentukan melalui pembiasaan. Imam al Ghazali menganjuran agar akhlak diajarkan  yaitu cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau
tingkah laku yang mulia.[4]
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan
akhlak, khususnya lahiriyah dapat pula di lakukan dengan cara paksaan yang lama
kelamaan tidak lagi merasa dipaksa.
Pembinaan akhlak merupakan salah satu
cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang berbudi pekerti
yang luhur. Dalam proses ini tersimpul 
indikator  bahwa pembinaan akhlak  merupakan penuntun bagi  umat manusia untuk memiliki sikap mental dan
kepribadian sebaik yang ditunjukkan oleh 
Al-Qur’an dan hadist Nabi 
Muhammad SAW, pembinaan, pendidikan dan penanaman  nilai-nilai akhlak al karimah sangat tepat
untuk membentuk perkembangan mentalnya.
Baca Juga:
- Pengertian pendidikan akhlak
 - Dasar dan tujuan pendidikan akhlak
 - Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak
 - Pendidikan akhlak antara kewajiban dan konsistensi
 
[1] Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang
Muslim, (Terj) Moh  Rifai’I dari Judul
Asli Khuluq al Muslim, (Semarang: Wicaksana,1993),Cet.IV, hlm. 13.  
[2] Abudin, Nata, Akhlak Tasawuf,
(Jakarta:  Rajwali Press, 2001), hlm.
165. 
[3] Ibn Sina, Ilmu Akhlak, (Mesir: Dar
al ma’arif, t.t), hlm. 202-203. 
[4] Imam al Ghazali, Kitab al arba’in fi
ushul  al din,  (Kairo: Maktabah alhindi, t.t), hlm.190-191. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar