Mendidik
seseorang dengan nilai-nilai akhlak adalah menjadikannya mempunyai akhlak
terpuji dan menjauhkannya dari perilaku yang buruk, sehingga seorang individu
dapat hidup dengan aman dan tenteram. Ketika
ia mempunyai akhlak terpuji dan jauh dari perilaku tercela, ia akan mencintai semua hal yang positif.
Allah
berfirman dalam surat al-Kahfi: 30-31:
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berbuat
baik, kami tak menyia-nyiakan ganjaran
orang yang mengerjakan perbuatan
baik. Mereka ialah orang yang memperoleh
taman yang kekal, yang didalamnya mengalir sungai-sungai, disana mereka akan diperlengkapi dengan gelang emas, dan akan mengenakan pakaian sutera halus berwarna hijau, dan kain
sutera tebal dan yang disulam dengan
benang mas dan mereka disana duduk bersandar diatas sofa yang empuk.
Pendidikan akhlak dalam Islam bukan
sekedar objek kajian yang jauh dari realitas,
akan tetapi akhlak Islam dapat diaplikasikan dan dapat ditiru oleh setiap
manusia. Sehingga jika setiap individu
konsisten dengannya maka tercipta ketentraman.
Akhlak dalam Islam adalah berupa
kewajiban dan komitmen, disamping itu pelaksanaan akhlak merupakan tanggung jawab
dan pelakunya akan mendapat pahala dari
Allah.
a.
Antara Kewajiban
dan Komitmen
Al-ilzam
adalah dari kata benda dari alzama mempunyai arti aujabahu “mewajibkan”, dalam
al quran kata ilzaam dipakai untuk dua jenis makna. Pertama, kewajiban yang ditetapkan Allah terhadap
manusia. Kedua, kewajiban suatu keputusan atau
perintah.
Adanya kewajiban merupakan dasar yang penting dalam terlaksananya
nilai-nilai akhlak dalam Islam, karena seseorang tidak akan menunaikan
nilai-nilai akhlak Islam tanpa adanya kewajiban. Dengan adanya kewajiban maka
seseorang terdorong untuk menjalankan
akhlak mulia dan perilaku yang terpuji.
Adapun sumber kewajiban untuk menunaikan akhlak
mulia menurut Islam adalah wahyu yang diturunakn oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW berupa al-Qur’an dan as-sunnah.
Wahyu ini mencakup semua nilai dan sistem akhlak secara
sempurna, yang dapat mempertahankan derajat manusia dan menjamin mereka
memperoleh ridha Allah.
Syariat
islam menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan
orang-orang yang di pimpinnya. Dengan demikian, seorang wajib mengarahkan
dirinya untuk melaksanakan hal-hal yang diperintahkan oleh syariat Islam.
b. Iltizaam konsistensi
Berasal dari
kata iltazama, yang maknanya adalah mewajibkan atas dirinya sendiri atau berjanji untuk menetapi sesuatu.[2]
Iltizaam dalam korelasinya dengan pembinaan akhlak
adalah konsisten seseorang terhadap hal-hal yang telah ditetapkan oleh sumber-sumber
kewajiban. Hendaknya pula seorang muslim menyadari bahwa konsistensinya dalam menunaikan akhlak mulia adalah semata-mata karena keimanannya kepada Allah
dan karena ketaatanya perintah Rasul-nya.
Dalam Islam,
untuk mengetahui nilai-nilai akhlak mulia dan perilaku-perilaku tercela tidak tergantung pada akal,
kebiasan, ataupun manfaat. Islam dengan ajarannya yang sempurna, telah menjelaskan nilai-nilai
akhlak mulia dan perilaku yang tercela secara jelas, sehingga seseorang tidak
lagi merasa kebingungan dan ragu.
Hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan sanadnya dari Hasan al-Bashri bahwa Rasulullah SAW bersabda:
دَعْ مَا يََرِ يْبُكَ اِلَى مَا يَرِ يْبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَ
الْكَذِبَ رِيْبَةٌ
”Tinggalkanlah apa yang
membuatmu ragu dan lakukan apa yang
tidak membuatmu ragu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan hati, sedangkan
kebohongan adalah keragu-raguan.”
Hadist lain
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dengan sanadnya dari Nuwas bin Sam’an
r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :
اَ لْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْ لإِثْمُ مَا حَاكَ فِى
صَدْرِ كَ وَ كَرِهْتَ اَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ.
”Kebaikan adalah akhlak mulia sedangkan dosa adalah sesuatu
yang menggelisahkan hatimu dan kamu tidak suka bila orang lain mengetahuinya.”
Jadi jelaslah apa yang tertera dalam Nash hadist Rasul SAW
bahwa adanya kewajiban dan konsistensi tidak berarti apa-apa jika tidak di
barengi dengan pelaksanaan, nilai akhlak mulia tidak ada artinya selama tidak
dipraktekkan secara nyata, sehingga akhlak mulia menjadi sebuha amalan sehari-hari
dan menjadi kepribadian seorang muslim.
Baca juga artikel yang lain:
- Pengertian pendidikan akhlak
- Dasar dan tujuan pendidikan akhlak
- Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak
[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan
Terjemahan…, hlm. 433.
[2] Ali Abdul Halim Mahmud, at tarbiyah al
khuldiyah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 142.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar